Saturday, May 16, 2009

My 17th Shot

After the shot, I think I'm pretty good till now.
I woke up early for a Saturday though a bit dizzy. I'd tidied my house, went a grocery shopping and had a good time with my hubby and my chubby son ^_^. Jason Mraz saved the day! As he was with me when I was doing the housing thing...I sang a long with him and I was in a good spirit!
I took panadol twice today as I had a bit fever and nauseous. However, those didn't stop me doing what I wanted. I was the winner of the day and I am proud of it.
But still...tomorrow will be the hardest day of the week as usual. I won't stay at home...I want to go out...cross my finger that I'll be fine tomorrow. Hopefully.

Wednesday, May 13, 2009

The Ironic Number 32

Today is my birthday. It’s 32. The same number as my remaining shots. Still long way to go.
However today I feel overjoyed. I had lunch with all my team work; I know they all care about me. It boosts my courage and my strength. That’s my best medication. Still look for celebration with my family.
So it’s better to proclaim my age than my remaining shots ^_^…just celebrate life!

Monday, May 11, 2009

Suntikan Yg ke-16

Seperti biasa, setiap Jumat malam kusuntikkan pegasys ke tubuhku (masih kurang 32 kali lagi *_*). Hari Sabtu, seharian kurasa kudapat beraktivitas dengan baik. Banyak bercanda dan tertawa dengan anak dan suami. Namun di sore hari, rasa lemas dan sakit kepala menyerang dengan cepat dan hebat. Ketika tak tertahankan, kuminum panadol merah dan kubiarkan tubuhku beristirahat di tempat tidur. Anakku mulai resah dan mulai memaksakan kehadiranku. Aku tak turun dari tempat tidurku dan kutemani dia bermain di "singgasanaku". Uggh...sungguh seorang Ibu yang tidak berguna, pikirku...

Pagi hari, meskipun lemas, kupaksakan badanku bergerak. Membuat sarapan seadanya bagi kedua orang yang kucintai. Sakit di kepalaku sudah berkurang namun terkadang seperti menyengat bagai lebah. Lalu kupaksakan diriku menyapu dan membersihkan teras rumah yang kemarin diguyur hujan. Aku hanya ingin sibuk supaya hari ini cepat berlalu. Hasilnya, setelah semua kukerjakan aku merasa kelelahan. Kurebahkan tubuhku di lantai, sangat mengenakkan. Aku merasa puas, karena tak kubiarkan rasa lemas dan sakit kepala ini melumpuhkan aku.

Hari ini kurasa aku sedang bersemangat. Aku ingin keluar walau hanya berjalan pelan. Aku ingin mencari suatu alasan yang tepat dan sedikit energi agar aku bisa bertahan sampai suntikan berikutnya.

Thursday, May 7, 2009

Konsultasi di Bulan ke-4 Terapiku

Tak sabar rasanya menunggu dokter untuk menjelaskan hasil lab RNA terakhir yang kupegang saat itu. Tercetak dalam hasil tes RSCM untuk pemeriksaan HCV-RNA kuantitatif (banyaknya jumlah HCV dalam darah) bahwa virus tidak terdeteksi. Apa maksudnya ini? Hatiku bertanya-tanya dengan liar dan otakku terus bekerja mencari kemungkinan jawaban yang tepat atas pertanyaanku. Suamiku langsung terlihat girang ketika berhasil merebut lembaran tes itu dan membacanya. Dia berpikir bahwa hal ini merupakan pertanda sangat baik dan berharap aku mendapat diskon lamanya terapi menjadi 6 bulan bahkan berhenti sama sekali. Namun tidak demikian halnya denganku. Aku malah berfikir sebaliknya, mungkin ada yang salah dengan hasil tes ini dan konsekuensinya aku harus tes lagi. Aku sudah terbiasa dengan kabar buruk sehingga selalu berusaha siap dengan hal terburuk.

Benar saja, hasil tes itu maksudnya aku harus menjalani terapi selama 48 minggu. Bukannya dapat diskon, malah tambah 1 bulan masa terapi, pikirku. Dokter menjelaskan bahwa bukan berarti hasil tes menyatakan demikian berarti tubuhku sudah aman dari HCV sehingga aku bisa berhenti terapi. HCV tidak terdeteksi saat itu namun bisa muncul kembali. HCV tidak benar-benar hilang dari tubuhku, hanya tidak terdeteksi. Dan karena hasil ini (virus tidak terdeteksi) muncul setelah suntikan ke-12 maka artinya aku harus menjalani terapi 48 minggu. Bila hasil tersebut muncul setelah suntikan ke-8 dan 12 maka bisa saja terapiku menjadi 24 minggu. Aku patut bersyukur bila hasil tidak terdeteksi tersebut muncul di bulan-bulan berikutnya maka terapiku bisa sampai 72 minggu. Membayangkannya pun aku tak mau!

Saat konsultasi itu, kukeluarkan semua keluh-kesahku. Namun tak berhasil membuat pak dokter membuat resep anti depresan buatku. Ia kuatir dengan liverku apabila aku mengkonsumsi obat semacam itu dan menyarankanku bila pada konsultasi berikutnya aku masih merasakan hal yang sama atau aku sudah benar-benar tak tahan dengan rasa depresi ini, maka aku akan dirujuk ke bagian psychiatry. Hmmm….selain sakit di badan ternyata jiwaku juga sudah mulai sakit, pikirku :p. Untungnya (masih ada untungnya loh) aku berhasil mengantongi nomor telpon dokter Klinik Hati darinya yang kemungkinan menyediakan konseling bagi para penderita hepatitis. Mudah-mudahan saja, agar beban ini dapat terkikis dan hilang pada akhirnya.

Monday, May 4, 2009

My 15th shot

I felt numb. I didn’t want to feel anything. I had to take care of my son in the hospital. I didn’t have time and energy to deal with the interferon. All my time and my existence should be for him. There’s a hesitation to shot. Once I thought maybe I can skip it this time….only once…for my beloved son. However, I didn’t want to give up, not now. I said to the syringe: bring that bloody hell interferon on! I’m already in hell, I’m afraid of nothing now.

After the shot, I felt ok. That’s thrilled me! It was my 2nd night to sleep in the hospital, but I handled it pretty good (I thought). I slept only 2-3 hours and I was ready whenever he needed me…I’m a superwoman again (I thought).

The day after, I felt nauseous and lifeless again…DAMN YOU INTERFERON!! I acted slow and a bit disoriented cos the headache bother me. I took panadol, the red one, twice(panadol becomes my 2nd hubby now ^-^). I fought the effects of the treatments. It was the hardest fight, for my boy.

Whenever my friends or my families came to visit, they noticed that I looked so tired, pale and (sometimes)not focus. Some of them only knew that I just felt tired staying in the hospital…few who knows my illness, asked more and tried to support me more. I...just want to go home and rest my body on my bed, but I had to stay, to take care of him, to support him..til he’s ok. What "splendid" days!