Thursday, May 7, 2009

Konsultasi di Bulan ke-4 Terapiku

Tak sabar rasanya menunggu dokter untuk menjelaskan hasil lab RNA terakhir yang kupegang saat itu. Tercetak dalam hasil tes RSCM untuk pemeriksaan HCV-RNA kuantitatif (banyaknya jumlah HCV dalam darah) bahwa virus tidak terdeteksi. Apa maksudnya ini? Hatiku bertanya-tanya dengan liar dan otakku terus bekerja mencari kemungkinan jawaban yang tepat atas pertanyaanku. Suamiku langsung terlihat girang ketika berhasil merebut lembaran tes itu dan membacanya. Dia berpikir bahwa hal ini merupakan pertanda sangat baik dan berharap aku mendapat diskon lamanya terapi menjadi 6 bulan bahkan berhenti sama sekali. Namun tidak demikian halnya denganku. Aku malah berfikir sebaliknya, mungkin ada yang salah dengan hasil tes ini dan konsekuensinya aku harus tes lagi. Aku sudah terbiasa dengan kabar buruk sehingga selalu berusaha siap dengan hal terburuk.

Benar saja, hasil tes itu maksudnya aku harus menjalani terapi selama 48 minggu. Bukannya dapat diskon, malah tambah 1 bulan masa terapi, pikirku. Dokter menjelaskan bahwa bukan berarti hasil tes menyatakan demikian berarti tubuhku sudah aman dari HCV sehingga aku bisa berhenti terapi. HCV tidak terdeteksi saat itu namun bisa muncul kembali. HCV tidak benar-benar hilang dari tubuhku, hanya tidak terdeteksi. Dan karena hasil ini (virus tidak terdeteksi) muncul setelah suntikan ke-12 maka artinya aku harus menjalani terapi 48 minggu. Bila hasil tersebut muncul setelah suntikan ke-8 dan 12 maka bisa saja terapiku menjadi 24 minggu. Aku patut bersyukur bila hasil tidak terdeteksi tersebut muncul di bulan-bulan berikutnya maka terapiku bisa sampai 72 minggu. Membayangkannya pun aku tak mau!

Saat konsultasi itu, kukeluarkan semua keluh-kesahku. Namun tak berhasil membuat pak dokter membuat resep anti depresan buatku. Ia kuatir dengan liverku apabila aku mengkonsumsi obat semacam itu dan menyarankanku bila pada konsultasi berikutnya aku masih merasakan hal yang sama atau aku sudah benar-benar tak tahan dengan rasa depresi ini, maka aku akan dirujuk ke bagian psychiatry. Hmmm….selain sakit di badan ternyata jiwaku juga sudah mulai sakit, pikirku :p. Untungnya (masih ada untungnya loh) aku berhasil mengantongi nomor telpon dokter Klinik Hati darinya yang kemungkinan menyediakan konseling bagi para penderita hepatitis. Mudah-mudahan saja, agar beban ini dapat terkikis dan hilang pada akhirnya.

No comments:

Post a Comment