Sunday, July 12, 2009

Suntikan ke-25

Terasa panjang rasanya terapiku.

Masih 23 suntikan lagi dan bertabung-tabung ribavirin.
Aku menginginkan aku kuat, tegar dan tak mengeluh. Tiap malam aku memohon berkat itu. Namun apa daya tak kuasa aku merasakannya juga. Keterpurukanku akan adanya pikiran-pikiran negatif di kepala. Aku mulai memikirkan hal-hal yang seharusnya tak kupikirkan.

Kucoba menyibukkan diri di rumah dan di luar rumah. Tapi sering kali di tengah keramaian pun kutemukan diriku sendirian meratap. Ingin lupa tapi sakit kepala dan rasa nyeri di leher serta rasa lemas selalu mengingatkanku akan kelemahanku. Lagi lagi aku butuh panadol. Jadi teringat almarhum Jacko yang selalu membutuhkan obat penghilang rasa sakit dan anti depresi. Tak percaya bahwa aku mulai meniti jalanku ke kebiasaan yang sama. Aku mulai bosan dan merasa takut.

Kusadari aku mulai mudah murung dan tersulut emosiku. Terutama saat aku di luar rumah dan kepanasan. Rasa kering di kerongkongan dan keringat berlebih membuatku tak nyaman. Belum lagi rasa lemas seakan mau pingsan. Aku tahu semua itu efek ribavirin. Rambutku mulai menipis. Kalau dahulu hanya di waktu sisiran saja rambutku rontok. Kini kutemukan rambutku berjatuhan dengan sendirinya tanpa ada yang menyentuh kepalaku.

Aku butuh bantuan. Dan itu seorang ahli jiwa. Konsultasi selanjutnya kupastikan akan kudapatkan dua orang dokter sekaligus.

No comments:

Post a Comment