Sunday, August 9, 2009

Suntikan ke-29 berikut konsultasiku

Kali ini berjalan lancar. Walau 2 hari sebelumnya aku menderita demam karena flu, efek samping yang kurasakan setelah suntikan biasa saja. Pusing dan badan lemas, namun kali ini aku menjauhi Panadol. Aku merasa selalu haus dan sering merasa kesal tak menentu, seperti nenek sihir saja :p.

Sehari setelah interferon masuk ke tubuhku, aku berkonsultasi ke pak dokter kesayanganku. Berhubung saat itu aku tak ditemani suamiku dan pasien setelahku belum ada yang datang, kumanfaatkan waktu dengan pak dokter untuk mengeluarkan semua unek2ku. Aku mengeluhkan antara lain rasa sakit di dadaku, rambut rontok, rasa pusing yang harus selalu kuhilangkan dengan panadol.

Begitu tahu aku kecanduan panadol, pak dokter melarangku meminumnya lagi. Sebagai gantinya aku diberi sistenol sebanyak 30 butir yang dapat kutelan kapan kubutuhkan. Setelah kuperhatikan, kandungan dalam sistenol tidak hanya paracetamol 500mg namun juga ditambah dengan supplemen N-Acetylcysteine 200mg. Suplemen tersebut (disingkat NAc saja ya :p)ternyata berfungsi dalam terapi overdosis terhadap paracetamol. Singkatnya, ketika kita overdosis paracetamol, ada suatu minor metabolisme yang menghasilkan suatu racun (disingkat namanya NAPQI)yang biasanya kalo dalam jumlah sedikit dapat di non aktifkan oleh suatu antioksidan (glutahione)dalam tubuh. Namun karena jumlah paracetamol yang masuk ke tubuh kita banyak, maka NAPQI ini dengan bebasnya bereaksi terhadap enzym hati yang dapat merusak sel hati yang namanya hepatocyte. Nah, si NAc ini fungsinya memperbanyak glutahione dan bersamanya mengikat si NAPQI sehingga melindungi sel hati (hepatocyde). Mengetahui hal itu, berarti sekarang aku merasa terlidungi untuk menelan sistenol si paracetamol yang telah ditemani NAc karena demam dan sakit kepalaku yang selalu datang tak diundang dan pulang tak dijemput. Hebatnya lagi si NAc ini juga bisa digunakan dalam terapi mengurangi gejala suatu penyakit kejiwaan yang suka mencabuti rambut sendiri (pulling hair disorder). Aku berpikir, perasaan aku mengeluh rambutku rontok bukan aku narik-narik rambutku sendiri *_^. Tapi biarlah, itu bonus yang kudapat sehingga mungkin saja mengurangi kerontokan rambutku.

Kemudian, karena keluhan rasa sakit di dadaku, aku diwajibkan tes Elektrokardiogram (EKG) untuk merekam aktivitas kelistrikan jantungku. Tes ini untuk mendeteksi adanya indikasi awal kelainan pada jantungku atau pun hipotermia (emboli paru). Untung saja hasil tesku mengatakan jantungku baik-baik saja. Kemudian aku harus rontgen thorax juga dan kubersyukur lagi tidak ditemukan hal-hal yang mengkhawatirkan. Dari hasil tes tersebut dokter menganjurkan aku segera berkonsultasi dengan seorang psikiater karena kemungkinan besar rasa sakit di dadaku disebabkan bukan dari fisikku melainkan psikisku yang artinya aku mengalami depresi cukup berat. Waduh, bener juga aku harus bertemu seorang psikiater. Padahal aku berusaha menghindarinya. Bayanganku bila bertemu psikiater artinya aku sakit jiwa ;P. Namun dokter juga tetap menyarankan apabila rasa sakit di dadaku bertambah buruk maka aku harus menjalani tes jantung lanjutan.

Doh, semoga ini semua efek-efek samping yang dapat ditolerir oleh tubuhku (dan jiwaku). Kutahu tubuhku berjuang habis2an menghadapi bantaian interferon dan ribavirin, namun kuyakinkan bahwa aku kuat...karena aku mau sembuh.

3 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Semoga sembuh ya mbak ... suami saya juga berjuang tetap konsisten minum baraclude karena Hep B.

    ReplyDelete