Thursday, June 11, 2009

Artinya Lega atau tambah Parno ya?

Hari ini baca koran Tempo (11/6/09) judulnya Sakit Hati Golongan C: Semua orang beresiko tertular virus hepatitis C.

Dilihat dari anak judulnya, saya mengamininya. Siapa sangka saya yang pada waktu itu merasa sehat 100% dan tidak merasakan keluhan apapun ternyata terinfeksi virus mematikan ini. Transfusi darah tidak pernah, narkoba...waduuuh dengernya saja sudah bikin ngeri apalagi mau mencobanya. Lalu saya berfikir bagaimana saya mendapatkannya? Ternyata dapat juga melalui gunting kuku. Jadi kepikiran selama ini saya meni-pedi di berbagai salon kecantikan, alat-alat yang digunakan steril gak ya? Dapat melalui sisir. Waduuh dahulu saya suka cuek pinjem-pinjeman sisir sama temen. Ternyata kalau pas kulit kepala saya terluka dan ada virus hep c di sisir itu yang berasal dari luka kulit kepala penderita hep c, terinfeksilah saya.

Masa pemikiran "kenapa saya?" dan "bagaimana saya tertular?" untungnya telah saya lewati. Pelajaran yang saya dapat adalah bagaimana saya memproteksi orang-orang sekitar saya supaya tidak tertular virus yang saya derita. Saya jadi paranoid untuk pergi ke salon kecantikan. Meni-pedi saya lakukan sendiri saja. Saya jadi pelit meminjamkan barang-barang pribadi saya. Disamping itu pemikiran akan "kenapa saya" berujung pada kesimpulan bahwa pemikiran tersebut hanya menyeret saya pada lubang kesedihan tanpa akhir. Saya sadar 100% bahwa fokus saya adalah bagaimana saya hidup dengan hep C sekarang dan berjuang terus untuk terbebas darinya.

Saya sangat paham apa yang bisa dilakukan virus hep c terhadap hati saya. Apabila tidak diobati akan menjadi hepatitis kronis, pengerasan hati (sirosis) dan kanker hati. Seperti kata dokter di Australia yang mengatakan bahwa saya BERUNTUNG karena saya terdeteksi menderita hep c sejak dini, di saat hati saya masih sehat, di saat saya masih muda....sehingga dapat segera diobati dan prosentase untuk berhasil sembuh total sangat besar. Saya mencoba untuk dapat bersyukur dalam sakit ini apabila mengingat hal itu.

Di akhir artikel koran Tempo tersebut menyebutkan bahwa keberhasilan terapi hep c mencapai 85%, informasi yang sama yang saya pahami dari hasil membaca saya mengenai hep c. Tiap malam saya berdoa untuk menjadi bagian dari 85% tersebut, bukan sisanya. Selanjutnya dijelaskan bahwa keberhasilan terapi bergantung pada faktor usia, jenis kelamin, berat badan, serta jumlah dan tipe virus. Tertulis juga bahwa peluang wanita untuk sembuh lebih besar daripada laki-laki, semakin tua akan semakin sulit diobati dan kelebihan berat badan membuat tingkat keberhasilan sembuh lebih rendah.

Hmmm.....saya berfikir, memang genotipe saya 1b. Namun saya masih terbilang muda (^_^), tidak kelebihan berat badan (bahkan kurang dikiiit hehehe)dan juga wanita. Jadi saya optimis bisa sembuh total. Hayoooo semangat!!!

2 comments:

  1. Semoga doa Serbuk Bintang terkabul. Bisa kembali berkelip terang...Amin.
    Kunang-kunang akan ikut seneng.

    ReplyDelete
  2. terima kasih sdh mau berbagi, dan menuliskannya dgn baik sekali. Semoga Anda diberikan yg terbaik oleh-Nya.

    ReplyDelete